Sabtu, 27 November 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


PENGERTIAN LANSIA
            Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan daur kehidupan manusia (budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
KLASIFIKASI LANSIA
            Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1.      Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2.      Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3.      Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (depkes RI,2003).
4.      Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5.      Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (depkes RI,2003).
KARAKTERISTIK LANSIA
            Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat 2 UU No.13 tentang kesehatan).
2.      Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3.      Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
TIPE LANSIA
            Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, social, dan ekonominya (nugroho,2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.      Tipe arif bijaksana.
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2.      Tipe mandiri.
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3.      Tipe tidak puas.
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
4.      Tipe pasrah.
Menerima dan menuggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5.      Tipe bingung.
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

I.       PENDAHULUAN
            Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka dapat diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat pula. Salah satu penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah hipertensi. Hiperetensi pada usia lanjut menjadi lebih penting lagi mengingat bahwa patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaanya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi dewasa muda. Pada usia lanjut aspek diagnostis selain kearah hipertensi dan komplikasi, pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan secara keseluruhan.
 II.    PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
III. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
1.      Elastisitas dinding aorta menurun
2.      Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3.      Kemampuan jantung memompa darah menurun1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4.      Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5.      Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a.      FAKTOR KETURUNAN
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b.      CIRI PERSEORANGAN.
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1.      Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
2.      Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
3.      Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
·         Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ).
·         Kegemukan atau makan berlebihan
·         Stress
·         Merokok
·         Minum alcohol.
·         Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ).
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
·         Ginjal
·         Glomerulonefritis
·         Pielonefritis
·         Nekrosis tubular akut
·         Tumor
·         Vascular
·         Aterosklerosis
·         Hiperplasia
·         Trombosis
·         Aneurisma
·         Emboli kolestrol
·         Vaskulitis
·         Kelainan endokrin.
·         DM
·         Hipertiroidisme
·         Hipotiroidisme
·         Saraf
·         Stroke
·         Ensepalitis
·         SGB
·         Obat – obatan
·         Kontrasepsi oral
·         Kortikosteroid

IV. PATOGENESIS HIPERTENSI LANSIA
            Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit berbeda dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan pada usia lanjut terutama adalah :
  1. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses menua. Hali ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus : hipertensi glomerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.
  2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin lanjutnya usia semakin sensitive terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.
  3. Peningkatan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi sistolik saja.
  4. Perubahan ateromatus akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sclerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang berakibat pada kenaikan tekanan darah.
V.    JENIS-JENIS HIPERTENSI PADA USIA LANJUT
            Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan :
  1. Hipertensi sistolik saja (isolated systolic hypertension) terdapat pada 6-12% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insiden meningkat dengan bertambahnya umur.
  2. Hipertensi diastolic (diastolic hypertension), terdapat antara 12-14% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insiden menurun dengan bertambahnya umur.
  3. Hipertensi sistolik-diastolik, terdapat pada 6-8% penderita usia > 60 tahun, lebih banyak wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur.
Di samping itu terdapat pula hipertensi sekunder yang diakibatkan oleh obat-obatan, gangguan ginjal, endokrin, berbagai penyakit neurologik dan lain-lain.
VI. GEJALA, TANDA DAN DIAGNOSIS
Seringkali yang terlihat adalah gejala akibat penyakit, komplikasi atau penyakit yang menyertai. Diagnosis seringkali juga didapatkan pada waktu mengadakan asesmen geriatric atau general check-up. Berbagai pemeriksaan penunjang dan labolatorium yang penting misalnya fungsi ginjal dan saluran kemih (diantaranya ada-tidaknya pembesaran prostate), jantung, fungsi hati, paru, kadar elektolit darah, di samping pemeriksaan labolatorium rutin.
VII.PENATALAKSANAAN HIPERTENSI LANSIA DENGAN MULTI ORGAN
        INVOLVEMENT
Pengobatan hipertensi pada usia lanjut sangat mudah apabila hipertensi hanya meerupakan satu-satunya kelainan yang diderita oleh lansia tersebut. Akan tetapi terjadinya komplikasi dan adanya penyakit komorbid pada berbagai organ membuat penatalaksanaan hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih rumit. Upaya non-farmakologis selalu tetap dilaksanakan pula pada penderita berusia lanjut, terdiri atas :
a.       Berhenti merokok
b.      Penurunan berat badan yang berlebihan
c.       Berhenti/mengurangi asupan alkhohol
d.      Mengurangi asupan garam.
Untuk menurunkan tekannan darah dapat ditinjau 3 faktor fisiologis yaitu, menurunkan isi cairan intravaskular dan Na darah dengan diuretik, menurunkan aktivitas susunan sarafsimpatis dan respons kardiovaskular terhadap rangsangan adregenik dengan obat dari golongan antismpatis, dan menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator.
VIII.       ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.     Aktivitas / istirahat
Gejala :
·         Kelemahan
·         Letih
·         Napas pendek
·         Gaya hidup monoton
Tanda :
·         Frekuensi jantung meningkat
·         Perubahan irama jantung
·         Takipnea
b.      Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
·         Kenaikan TD
·         Nadi : denyutan jelas
·         Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
·         Bunyi jantung : murmur
·         Distensi vena jugularis
·         Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat
c.       Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
·         Letupan suasana hati
·         Gelisah
·         Penyempitan kontinue perhatian
·         Tangisan yang meledak
·         otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
·         Peningkatan pola bicara
d.      Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal ). Makanan / Cairan
·         Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
·         Mual
·         Muntah
e.       Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
·         BB normal atau obesitas
·         Edema
·         Kongesti vena
·         Peningkatan JVP
·         Glikosuria
·         Neurosensori
Gejala :
·         Keluhan pusing / pening, sakit kepala. Episode bebas Kelemahan pada satu sisi tubuh Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia ). Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan ). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optic
f.       Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
·         nyeri hilang timbul pada tungkai
·         sakit kepala oksipital berat
·         nyeri abdomen
Pernapasan
Gejala :
·         Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
·         Takipnea
·         Ortopnea
·         Dispnea nocturnal proksimal
·         Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
Tanda :
·         Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
·         Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
·         Sianosis
g.      Keamanan
Gejala :Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda :
·         Episode parestesia unilateral transient
Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
·         Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
·         Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alcohol

2.      Diagnosa keperawatan
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
·         Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
·         Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
·         Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
·         Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
1.      Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2.      Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3.      Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4.      Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5.      Catat edema umum
6.      Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi.Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
7.      Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
8.      Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
9.      Kolaborasi pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
Rasional :
1.      Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik sampai 130. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemik jantung bila tekanan diastolik 90-115.
2.      Denyutan karaotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena.
3.      S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium. Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi vertikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
4.      Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi atau penurunan curah jantung.
5.      Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular.
6.      Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi, menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.
7.      Mengurangi ketidak nyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.
8.      Dapat menurunkan rangsangan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.
9.      Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensif, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung.
    1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan :
      • Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
      • Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
      • Pasien tampak nyaman
      • TTV dalam batas normal
Intervensi :
1.      Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2.      Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
3.      Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
4.      Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
5.      Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium ).
Rasional :
1.      Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
2.      Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala pasien. Pasien juga mengalami episode hipotensi postural.
3.      Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dn komplikasinya.
4.      Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
5.      Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis, dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat oleh strees.
3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
Tujuan :
·         Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Kriteria hasil :
·         Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
·         Mengidentfikasikan efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
·         Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Intervensi :
1.      Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat.
2.      Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak.
3.      Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor risiko kardiovaskular yang dapat diubah, misal : pola hidup stress, merokok, minum alkhohol.
4.      Atasi masalah pasien untuk mengidentifikasi cara di mana perubahan gaya hidup yang tepat dapat diubah untuk mengurangi faktor diatas.
5.      Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan.
Rasional :
1.      Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien atau orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis.
2.      Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
3.      Faktor-faktor resiko ini telah meunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
4.      Faktor-faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala. Dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas ini.
5.      Informasi yang adekuat dan pemahaman bahwa efek samping adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan demikian meningkatkan kerja sama rencana pengobatan

DAFTAR PUSTAKA 
Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Gunawan,  Lany. 2001.Hipertensi Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Sobel, Barry J, et all. 1999. Hipertensi Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates. Pranarka, Kris.2010. Buku ajar geriatric (ilmu kesehatan usia lanjut) edisi ke 4. Jakarta. Fakultas kedokteran universitas Indonesia
Chung, Edward.K.1995.Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III. Jakarta.Buku Kedokteran EGC
Sobel, Barry J.1999. Hipertensi  Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi.Jakarta. Penerbit Hipokrates